Kisah ini benar-benar mengharukan dan layak dijadikan bahan renungan.
Seorang yang telah melakukan kesalahan, tidaklah ia berbuat salah
melainkan karena sebuah alasan hidup.
Mampukah Kita memaafkan seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah kita ?
Bahkan kita memberi kasih sayang kepada sang pencuri ?
Bahkan kita memberi kasih sayang kepada sang pencuri ?
Seorang Ulama Besar mampu memberi kan itu semua karena mengharap cinta Allah yang Maha Besar dan Maha Luas.
Inilah kisahnya :
Salah seorang murid Syaikh ‘Ibn Utsaimin rahimahullah menceritakan
kisah ini kepadaku. Dia berkata: “Pada salah satu kajian Syaikh Utsaimin
rahimahullah di Masjidil Haram, salah seorang murid beliau bertanya
tentang sebuah masalah yang didalamnya ada syubhat, beserta pendapat
dari Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang masalah tersebut. Maka Syaikh
Utsaimin menjawab pertanyaan penanya serta memuji Syaikh bin Baz
rahimahullah. Di tengah-tengah mendengar kajian, tiba-tiba ada seorang
lelaki dengan jarak kira-kira 30 orang dari arah sampingku kedua matanya
mengalirkan air mata dengan deras, dan suara tangisannyapun keras
hingga para muridpun mengetahuinya.
Di saat Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah selesai dari kajian, dan
majelis sudah sepi aku melihat kepada pemuda yang tadi menangis.
Ternyata dia dalam keadaan sedih, dan bersamanya sebuah mushhaf. Akupun
lebih mendekat hingga kemudian aku bertanya kepadanya setelah kuucapkan
salam: “Bagaimana kabarmu wahai akhi, apa yang membuatmu menangis?”
Maka diapun menjawab dengan bahasa yang mengharukan: “Jazakallahu
khairan.” Akupun mengulangi pertanyaanku sekali lagi: “Apa yang
membuatmu menangis akhi?” Diapun menjawab dengan tekanan suara yang
haru: “Tidak ada apa-apa, sungguh aku telah ingat Syaikh bin Baz, maka
akupun menangis.” Kini menjadi jelas bagiku dari penuturannya bahwa dia
dari Pakistan, sedang dia mengenakan pakaian orang Saudi.
Dia meneruskan keterangannya: “Dulu aku mempunyai sebuah kisah
bersama Syaikh bin Baz rahimahullah, yaitu sepuluh tahun yang lalu aku
bekerja sebagai satpam pada salah satu pabrik batu bata di kota Thaif.
Suatu ketika datang sebuah surat dari Pakistan kepadaku yang menyatakan
bahwa ibuku dalam keadaan kritis, yang mengharuskan operasi untuk
penanaman sebuah ginjal. Biaya operasi tersebut membutuhkan tujuh ribu
Riyal Saudi (kurang lebih 17,5 juta Rupiah). Jika tidak segera
dilaksanakan operasi dalam seminggu, bisa jadi dia akan meninggal.
Sedangkan beliau sudah berusia lanjut.
Saat itu, aku tidak memiliki uang kecuali seribu Riyal, dan aku tidak
mendapati orang yang mau memberi atau meminjami uang. Maka akupun
meminta kepada perusahaan untuk memberiku pinjaman, Mereka menolak, Aku
menangis sepanjang hari. Dia adalah ibu yang telah merawatku dan tidak
tidur karena aku.
Pada situasi yang genting tersebut, aku memutuskan untuk mencuri pada
salah satu rumah yang bersebelahan dengan perusahaan pada jam dua
malam. Beberapa saat setelah aku melompati pagar rumah, aku tidak merasa
apa-apa kecuali para polisi tengah menangkap dan melemparkanku ke mobil
mereka. Setelah itu duniapun terasa menjadi gelap.
Tiba-tiba, sebelum shalat subuh para polisi mengembalikanku ke rumah
yang telah kucuri. Mereka memasukkanku ke sebuah ruangan kemudian pergi.
Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menghidangkan makanan seraya berkata:
“Makanlah, dengan membaca bismillah!” Aku pun tidak mempercayai apa
yang tengah kualami. Saat adzan shalat subuh, mereka berkata kepadaku,
“Wudhu’lah untuk shalat!” Saat itu rasa takut masih menyelimutiku.
Tiba-tiba datang seorang lelaki yang sudah lanjut usia dipapah salah
seorang pemuda masuk menemuiku. Kemudian dia memegang tanganku dan
mengucapkan salam kepadaku seraya berkata: “Apakah engkau sudah makan?”
Akupun menjawab: “Ya, sudah.” Kemudian dia memegang tangan kananku dan
membawaku ke masjid bersamanya. Kami shalat subuh. Setelah itu aku
melihat lelaki tua yang memegang tanganku tadi duduk di atas kursi di
bagian depan masjid, sementara jama’ah shalat dan banyak murid
mengitarinya. Kemudian syaikh tersebut memulai berbicara menyampaikan
sebuah kajian kepada mereka. Maka akupun meletakkan tanganku di atas
kepalaku karena malu dan takut.
Ya, Alloh, apa yang telah aku lakukan? Aku telah mencuri di rumah
Syaikh bin Baz rahimahullah. Sebelumnya aku telah mendengar nama beliau,
dan beliau telah terkenal di negeri kami, Pakistan.
Setelah Syaikh bin Baz selesai dari kajian, mereka membawaku ke rumah
sekali lagi. Syaikh pun memegang tanganku, dan kami sarapan pagi dengan
dihadiri oleh banyak pemuda. Syaikh mendudukanku di sisi beliau. Di
tengah makan beliau bertanya kepadaku: “Siapakah namamu?” Kujawab:
“Murtadho.” Beliau bertanya lagi: “Mengapa engkau mencuri?” Maka aku
ceritakan kisah ibuku. Beliau berkata: “Baik, kami akan memberimu 9000
Riyal.” Aku berkata kepada beliau: “Yang dibutuhkan Cuma 7000 Riyal.”
Beliau menjawab: “Sisanya untukmu, tetapi jangan lagi mencuri wahai
anakku.”
Aku mengambil uang tersebut, dan berterima kasih kepada beliau dan
berdoa untuk beliau. Aku pergi ke Pakistan, lalu melakukan operasi untuk
ibuku. Alhamdulillah, beliau sembuh. Lima bulan setelah itu, aku
kembali ke Saudi, dan langsung mencari keberadaan Syaikh bin Baz
rahimahullah. Aku pergi rumah beliau. Aku mengenali beliau dan beliaupun
mengenali aku. Kemudian beliaupun bertanya tentang ibuku. Aku berikan
1500 Riyal kepada beliau, dan beliau bertanya, “Apa ini?” Kujawab: “Itu
sisanya.” Maka beliau berkata: “Ini untukmu.” Kukatakan: “Wahai Syaikh,
saya memiliki permohonan kepada anda.” Maka beliau menjawba: “Apa itu
wahai anakku?” Kujawab: “Aku ingin bekerja pada anda sebagai pembantu
atau apa saja, aku berharap dari anda wahai Syaikh, janganlah menolak
permohonan saya, mudah-mudahan Alloh menjaga anda.” Maka beliau
menjawab: “Baiklah.” Akupun bekerja di rumah Syaikh hingga wafat beliau.
Selang beberapa waktu dari pekerjaanku di rumah Syaikh, salah seorang
pemuda yang mulazamah kepada beliau memberitahuku tentang kisahku
ketika aku melompat ke rumah beliau hendak mencuri di rumah Syaikh. Dia
berkata: “Sesungguhnya ketika engkau melompat ke dalam rumah, Syaikh bin
Baz saat itu sedang shalat malam, dan beliau mendengar sebuah suara di
luar rumah. Maka beliau menekan bel yang beliau gunakan untuk
membangunkan keluarga untuk shalat fardhu saja. Maka mereka terbangun
semua sebelum waktunya. Mereka merasa heran dengan hal ini. Maka beliau
memberitahu bahwa beliau telah mendengar sebuah suara. Kemudian mereka
memberi tahu salah seorang menjaga keamanan, lalu dia menghubungi
polisi. Mereka datang dengan segera dan menangkapmu. Tatkala Syaikh
mengetahui hal ini, beliau bertanya: “Kabar apa?” Mereka menjawab:
“Seorang pencuri berusaha masuk, mereka sudah menangkap dan membawanya
ke kepolisian.” Maka Syaikhpun berkata sambil marah: “Tidak, tidak,
hadirkan dia sekarang dari kepolisian, dia tidak akan mencuri kecuali
dia orang yang membutuhkan.”
Maka di sinilah kisah tersebut berakhir. Aku katakan kepada pemuda
tersebut: “Sungguh matahari sudah terbit, seluruh umat ini terasa berat,
dan menangisi perpisahan dengan beliau. Berdirilah sekarang, marilah
kita shalat dua rakaat dan berdoa untuk Syaikh rahimahullah.
Mudah-mudahan Alloh merahmati Syaikh bin Baz dan Ibnu Utsaimin dan menempatkan keduanya di keluasan surga-Nya. Amiin.
Di kutip dari Majalah Qiblati edisi 02 tahun III (11-2007M / 10-1428H)
_______________
Sumber: http://metafisis.wordpress.com/
Terima kasih atas artikel ini, Saudaraku. Akan saya baca di rumah.
BalasHapusSama-sama saudaraku, terimakasih atas kunjungannya..
BalasHapus