Latest Post

Mari Murnikan Yang Kita Makan

Written By Unknown on Jumat, 24 Agustus 2012 | 2:23 PM


Allah berfirman:

“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” 
(QS. Thaaha:81)

Telah bersabda Nabi Muhammad  Sholallohu 'alihi wasallam :
"Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka api neraka lebih layak membakarnya."
(HR. Ath-Thabrani)

Sesungguhnya Allah baik dan tidak mengabulkan (menerima) kecuali yang baik-baik. Allah menyuruh orang mukmin sebagaimana Dia menyuruh kepada para rasul, seperti firmanNya dalam surat Al Mukminun ayat 52: “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan-makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shaleh.” 

Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 172: 
“Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik.”

Kemudian Rosululloh Sholallohu 'alihi wasallam menyebut seorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan wajahnya kotor penuh debu menadahkan tangannya ke langit seraya berseru: 
“Ya Robbku, Ya Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dia diberi makan dari yang haram pula. Jika begitu bagaimana Allah akan mengabulkan doanya? 
(HR. Muslim no. 2343 kitab Az-Zakah, bab Qabulush Shadaqah minal Kasbith Thayyib)

Sholat Sambil Gendong Anak

Written By Unknown on Sabtu, 04 Agustus 2012 | 11:22 AM

Apakah kita boleh shalat sambil menggendong anak?

Jawab:
Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin rh. menjawab,
“Shalat wanita sambil
menggendong anaknya tidak apa-
apa bila anaknya dalam keadaan suci dan memang butuh digendong
karena mungkin anaknya menangis
dan bisa menyibukkan kita apabila
tidak menggendongnya.

Telah pasti kabar yang datang dari
Nabi saw yang menyebutkan beliau
pernah shalat sambil menggendong
cucu beliau Umamah bintu Zainab
bintu Rasulullah saw.

Ketika itu Rasulullah saw shalat mengimami orang-orang dalam keadaan Umamah dalam gendongan beliau. Bila berdiri, beliau menggendong Umamah dan di saat sujud beliau meletakkannya.

Apabila kita melakukan hal tersebut maka tidak apa-apa, tetapi yang lebih utama tidak melakukannya melainkan jika ada kebutuhan.”

(Nurun ‘alad Darb, hlm. 17)

Islam Tentang Mencari Nafkah Keluarga

Allah SWT berfirman menyebutkan
kewajiban suami ini:
“Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma’ruf.”
(Al-Baqarah: 233)

Ketika Mu’awiyah bin Haidah ra.
bertanya kepada Rasulullah r:
“Wahai Rasulullah, apa hak istri salah seorang dari kami terhadap
suaminya?”
Beliau menjawab:
“Engkau beri makan istrimu bila
engkau makan, dan engkau beri
pakaian bila engkau berpakaian.
Jangan engkau pukul wajahnya,
jangan engkau jelekkan dan jangan
engkau boikot kecuali di dalam
rumah.”
(HR. Abu Dawud no.1830
dan Ibnu Majah no. 1840.
Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil
dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/202)

“Apabila seorang muslim memberi
nafkah kepada keluarganya dan dia
mengharapkan pahala dengannya
maka nafkah tadi teranggap sebagai
sedekahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 55,
4006, 5351 dan Muslim no. 1002)

Rasulullah saw ketika haji Wada’
berkhutbah di hadapan manusia.
Setelah memuji dan menyanjung
Allah, beliau memberi peringatan
dan nasehat. Kemudian beliau bersabda:

“Ketahuilah, berpesanlah tentang
kebaikan terhadap para wanita (para
istri) karena mereka hanyalah
tawanan di sisi (di tangan) kalian,
kalian tidak menguasai dari mereka
sedikitpun kecuali hanya itu,
terkecuali bila mereka melakukan
perbuatan keji yang nyata.
Maka bila mereka melakukan hal itu, boikotlah mereka di tempat tidurnyadan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas.
Namun bila mereka menaati kalian, tidak ada jalan bagi kalian untuk menyakiti mereka.
Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian.
Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seorang yang kalian benci untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengijinkan orang yang kalian benci untuk masuk ke rumah kalian.
Sedangkan hak mereka terhadap
kalian adalah kalian berbuat baik
terhadap mereka dalam hal pakaian
dan makanan mereka.”
(HR. Tirmidzi no. 1173 dan Ibnu Majah no. 1841, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no. 2030)

Sampaipun satu suapan yang
diberikan seorang suami kepada
istrinya, teranggap sebagai amalan
sedekah sang suami.
Demikian disabdakan Nabi saw kepada shahabat beliau, Sa’ad bin Abi Waqqash ra.:
“Dan apa pun yang engkau
nafkahkan maka itu teranggap
sebagai sedekah bagimu sampaipun
suapan yang engkau berikan ke
mulut istrimu.”
(HR. Al-Bukhari no.5354 dan Muslim no. 1628)

Dalam riwayat Muslim disebutkan:
“Tidaklah engkau menafkahkan satu
nafkah yang dengannya engkau
mengharap wajah Allah kecuali
engkau akan diberi pahala
dengannya sampaipun satu suapan
yang engkau berikan ke mulut
istrimu.”

Al-Muhallab berkata:
“Nafkah untuk keluarga hukumnya wajib dengan ijma’ (kesepakatan ulama). Adapun penetap syariat (yakni Allah –red) menamakannya dengan sedekah hanyalah dikarenakan kekhawatiran adanya sangkaan bahwa mereka tidak akan diberi pahala atas kewajiban yang mereka tunaikan.
Mereka telah mengetahui pahala
sedekah, maka Penetap syariat
mengenalkan kepada mereka bahwa nafkah/infak yang mereka keluarkan (untuk keluarga) adalah sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkan sedekah itu kepada selain keluarga, kecuali setelah mereka mencukupi keluarga mereka.
Dan penamaan infak ini dengan
sedekah adalah dalam rangka
mendorong mereka agar
mendahulukan sedekah yang wajib
(yaitu memberi nafkah kepada
keluarga) daripada sedekah yang
sunnah.”
(Fathul Bari, 9/600)

Namun tentunya nafkah itu barulah
bernilai sedekah bila dibarengi
dengan niat karena Allah sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits Sa’ad di atas.

Al-Imam An-Nawawi rh berkata ketika menerangkan hadits Abu Mas’ud Al-Anshari ra.:
“Hadits ini menerangkan
bahwa yang dimaukan dengan
sedekah dan nafkah secara mutlak
dalam hadits-hadits yang ada adalah
bila orang yang mengeluarkannya itu ihtisab, maknanya ia menginginkan wajah Allah dengan nafkah tersebut.
Sehingga bila seseorang memberikan nafkah dalam keadaan
lupa atau kacau pikirannya, tidaklah
ia mendapatkan nilai sedekah seperti yang dinyatakan dalam hadits ini, namun yang masuk dalam hadits ini hanyalah bila seseorang itu muhtasib (mengharapkan pahala), ia ingat kewajibannya untuk memberikan infak kepada istri, anak-anaknya, budaknya dan orang-orang
yang wajib ia nafkahi selain
mereka…”
(Syarah Shahih Muslim, 7/88-89)

Beliau juga berkata ketika mensyarah (menjelaskan) hadits Sa’ad ra.:
“Hadits ini menunjukkan disenanginya memberi infak dalam berbagai perkara kebaikan, dan menunjukkan bahwa amalan itu tergantung niatnya, sehingga seseorang itu hanyalah diberi pahala atas amalnya dengan niatnya.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa memberi infak kepada keluarga akan diberi pahala bila mengharapkan wajah Allah SAW.
Sebagaimana pula dalam hadits ini
ditunjukkan bahwa perkara mubah
bila diniatkan untuk mengharap
wajah Allah SAW akan menjadi amalan ketaatan dan diberi pahala
karenanya.
Nabi saw memberi peringatan tentang hal ini dengan sabda beliau:
“Sampaipun satu suapan yang
engkau berikan ke mulut istrimu,”
sementara istri termasuk bagian
dunia yang paling khusus bagi
seorang laki-laki, tempat
pelampiasan syahwatnya dan
tempat kelezatannya yang mubah.
Biasanya menyuapi istri hanya terjadi ketika sedang bercengkerama, berlemah lembut dan bercumbu dengan sesuatu yang mubah. Bila dipikir, keadaan seperti ini tentunya sangat jauh dari ketaatan dan perkara-perkara akhirat.
Namun bersamaan dengan itu, Nabi saw mengabarkan bila si suami
memaksudkan suapan tersebut
dalam rangka mengharap wajah
Allah SWT maka ia akan memperoleh pahala dengan perbuatan tersebut.

Wallohu a'lam
(asysyariah.com)

Doa Memohonkan Ampun Orang Tua

Written By Unknown on Jumat, 03 Agustus 2012 | 11:07 PM

Alhamdulillah abis baca Doa Memohonkan Ampun Orang Tua nih - baca disini ya http://goo.gl/gNO1F

Kembali..

Written By Unknown on Sabtu, 28 Juli 2012 | 7:12 AM

Telah lama aku vakum dari dunia blogging. Lebih dari 3 bulan beberapa blog yang ku kelola terbengkalai begitu saja. Kini aku mencoba kembali, meraih sisa-sisa mimpi yang sempat pergi. Semoga tidak terlambat untuk berbenah, sampaikan amanat walau satu ayat.
Selamat datang kawan, aku hadir bersama Ramadhan.
Marhaban Ya Ramadan.. 1433 H.
-----------------
Melengkapi kebahagiaanku bulan ini, aku share foto putri pertama dan tercintaku yang baru lahir tanggal 7 Juli 2012 kemaren. Alhamdulillah..
Afifa Imroatush Sholiha
Sabtu, 7 Juli 2012 / 19 Sya'ban 1433 H

Menjaga Mulut

Written By Unknown on Jumat, 13 April 2012 | 12:11 AM

بـــسم الله الرحمن الرحيم

Sudah sering kita mendengar nasihat dari para ulama dalam ceramah-ceramah mereka, tentang pentingnya menjaga perkataan atau lesan kita. Salah satu nasihat tentang menjaga lesan atau mulut yang populer adalah:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان
Salaamatul insaan fii hifdhzil lisaan..
"Selamatnya manusia itu tergantung dari (bagaimana ia menjaga) mulutnya.."

dalam hadits shahih, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam :

من كان يؤمن بالله واليوم الاخر، فليقل خيرا أو ليصمت

Man Kaana yu`minu billaahi wal yaumil aakhir, fal yaqul khoiron au liyashmut..
"Barang siapa yang beriman pada Alloh dan beriman pada hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau (kalau tidak) diamlah (saja).." (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Huroiroh ra.)

Sungguh peran lisan amat sangat penting, bahkan dari wasiat (hadits) Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam yang lain menunjukkan bahwa dengan lisan seorang akan mendapat derajat yang tinggi dan karunia yang agung di sisi Alloh, namun dengan lisan pula manusia dapat jatuh tersungkur ke dalam jurang kehinaan.



Berikut pesan beliau:

إنّ العبد ليتكلّم بلكلمة من رضوان الله لا يلقي لها بالا يرفع الله بها درجات، وإنّ العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنّم

Innal 'abda liyatakallamu bilkalimati mir ridwaanillahi laa yulqii laha baalan, yarfa'ulloohu bihaa darojaatin, wa innal 'abda bilkalimati min sakhotillahi laa yulqii laha baalan yahwii bihaa fii jahannam..
"Sesungguhnya apabila seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang diridhoi Alloh (meskipun) dia (hamba) tidak begitu memperhatikan ucapannya tadi, maka dengan sebab ucapannya tadi Alloh mengangkat derajatnya, dan apabila seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Alloh (meskipun) dia (hamba) tidak begitu memperhatikan ucapannya, maka dengan sebab ucapannya tadi Alloh melemparkan-nya (hamba) ke dalam neraka jahannam." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).

Subhanalloh, begitu dahsyat efek dari perkataan yang keluar lewat lisan kita. Marilah sobat mula sekarang kita benar-benar berhati-hati dalam bertutur kata. Kita ingat lagi nasihat beliau Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam :

من صمت نجا
Man shomata najaa..
"Siapa yang diam, (niscaya akan) selamat.."

Sekian sobat, semoga Alloh senantiasa menjaga hati, lesan dan perbuatan kita menuju amalan yang di-ridhoi-Nya, aamiin..

Murottal Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri

Written By Unknown on Minggu, 01 April 2012 | 6:33 AM

Murottal Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri termasuk diantara sekian banyak murottal dengan dengan qori' yang bersuara emas, alhamdulillah. Saya mengetahui murottal ini ketika pertama kali membaca novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman el-Shirazy yang fenomenal itu. Dalam novel itu dikisahkan saat sang pemeran utama Fahri bin Abdullah Shiddiq mengatakan: 
"..Usai berganti pakaian kurebahkan diriku di atas kasur. Oh, langkah nikmatnya.. Ini saatnya istirahat. Kunyalakan tape kecil di samping tempat tidur. Enaknya adalah memutar murattal Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri. Suaranya yang sangat lembut dan indah penuh penghayatan dalam membaca Al-Qur’an sering membawa terbang imajinasiku ke tempat-tempat sejuk. Ke sebuah danau bening di tengah hutan yang penuh buah-buahan. Kadang ke suasana senja yang indah di tepi pantai Ageeba, pantai laut Mediterania yang menakjubkan di Mersa Mathruh. Bahkan bisa membawaku ke dunia lain, dunia indah di dalam laut dengan ikan-ikan hias dan bebatuan yang seperti permata-permata di surga. Dalam keadaan lelah selalu saja suara Syaikh Abu Bakar Asy-Syathiri menjadi musik pengantar tidur yang paling nikmat. Meski terkadang aku harus terlebih dahulu meneteskan air mata, kala mendengar Syaikh Syathiri sesenggukan menangis dalam bacaannya. Kunyalakan murattal Syaikh Syathiri. Suaranya yang indah langsung mengelus-elus syaraf-syarafku.."
(Novel Ayat-Ayat Cinta hal 39)
Sejak saat itu, saya terus mencari-cari murottal Syaikh Syathiri ini, namun sayang di tiap-tiap toko kaset, belum ada yang menjualnya. Kemudian setelah beberapa tahun, akhirnya saya mendapatkan kaset CD murottal ini di Surabaya, tepatnya di kompleks Masjid Sunan Ampel (tepatya di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, kota Surabaya, Jawa Timur), dengan harga (insyalloh) Rp 21.000,- alhamdulillah.

Di sini saya akan men-share suara emas beliau dalam melantunkan ayat-ayat suci al-Quran untuk Anda. Silahkan menikmati.


... :) Penampakan saya yang cuma hafal juz 30, saya sandingkan dengan beliau yang hafidz yang hafal 30 juz al Quran. hmmm... kelihatan cocok.. :) ...


Deskripsi file mp3:

Bit rate: 32kbs, 22Hz,

Qori' / Pembaca: القارئ شيخ أبو بكر الشاطري


Nama Surat al Quran
Size
Format MP3
Size
Format RM
001. Al Fatihah
246,83 KB
167,95 KB
002. Al Baqarah
27,02 MB
17,85 MB
003. Ali Imran
15,98 MB
10,58 MB
004. An Nisa'
16,75 MB
11,07 MB
005. Al Ma'idah
12,83 MB
8,48 MB
006. Al An'am
13,36 MB
8,83 MB
007. Al A'raf
15,46 MB
10,21 MB
008. Al Anfaal
5,79 MB
3,82 MB
009. At Taubah
11,68 MB
7,72 MB
010. Yunus
8,69 MB
5,74 MB
011. Huud
9,18 MB
6,07 MB
012. Yusuf
8,71 MB
5,76 MB
013. Ar Ra'd
3,76 MB
2,48 MB
014. Ibrahim
4,00 MB
2,64 MB
015. Al Hijr
3,50 MB
2,31 MB
016. An Nahl
8,07 MB
5,33 MB
017. Al isra'
6,58 MB
4,53 MB
018. Al Kahfi
6,98 MB
4,61 MB
019. Maryam
4,24 MB
2,80 MB
020. Thaha
6,08 MB
4,01 MB
021. Al Anbiya'
5,54 MB
3,66 MB
022. Al Hajj
6,12 MB
4,04 MB
023. Al Mu'minuun
4,89 MB
3,23 MB
024. An Nuur
6,20 MB
4,10 MB
025. Al Furqaan
4,37 MB
2,89 MB
026. As Syu'araa
6,04 MB
3,99 MB
027. An Naml
5,41 MB
3,58 MB
028. Al Qashash
7,05 MB
4,66 MB
029. Al 'Angkabut
4,61 MB
3,04 MB
030. Ar Ruum
3,64 MB
2,40 MB
031. Luqman
2,27 MB
1,51 MB
032. As Sajadah
1,65 MB
1,10 MB
033. Al Ahzab
5,95 MB
3,93 MB
034. Saba'
3,87 MB
2,56 MB
035. Fathir
3,38 MB
2,23 MB
036. Yasin
3,24 MB
2,14 MB
037. As Shoffaat
5,23 MB
3,46 MB
038. Shaad
3,41 MB
2,26 MB
039. Az Zumar
5,18 MB
3,43 MB
040. Ghafir
5,74 MB
3,80 MB
041. Fusshilat


042. As Syuroo
3,77 MB
2,49 MB
043. Az Zukhruf
4,00 MB
2,64 MB
044. Ad Dukhaan
1,89 MB
1,25 MB
045. Al Jatsiyah
2,25 MB
1,49 MB
046. Al Ahqaaf
2,99 MB
1,98 MB
047. Muhammad
2,37 MB
1,57 MB
048. Al Fath
2,48 MB
1,64 MB
049. Al Hujurat
1,63 MB
1,08 MB
050. Qaaf
2,20 MB
1,45 MB
051. Adz Dzariyat
1,47 MB
0,97 MB
052. At Thuur
1,37 MB
933,69 KB
053. An Najm
1,45 MB
987,62 KB
054. Al Qomar
1,48 MB
0,99 MB
055. Ar Rahman
1,91 MB
1,26 MB
056. Al Waqi'ah
1,79 MB
1,19 MB
057. Al Hadid
2,40 MB
1,59 MB
058. Al Mujadilah
2,27 MB
1,50 MB
059. Al Hasyr
2,02 MB
1,34 MB
060. Al Mumtahanah
1,64 MB
1,08 MB
061. As Shaff
1,02 MB
696,41 KB
062. Al Jumu'ah
764,79 KB
507,68 KB
063. Al Munafiqun
856,63 KB
567,01 KB
064. At Taghabun
1,03 MB
701,82 KB
065. Al Thalaq
1,45 MB
987,62 KB
066. At Tahrim
1,22 MB
831,24 KB
067. Al Mulk
1,48 MB
0,99 MB
068. Al Qolam
1,37 MB
933,69 KB
069. Al Haqqah
1,34 MB
912,13 KB
070. Al Ma'arij
1,03 MB
707,21 KB
071. Nuuh
1,00 MB
685,61 KB
072. Al Jin
1,15 MB
782,70 KB
073. Al Muzammil
889,69 KB
593,98 KB
074. Al Muddatsir
1,05 MB
718,00 KB
075. Al Qiyamah
711,32 KB
475,33 KB
076. Al Insaan
1,04 MB
707,20 KB
077. Al Mursalat
861,83 KB
572,40 KB
078. An Naba'
1,05 MB
719,99 KB
079. An Nazi'at
969,69 KB
642,51 KB
080. 'Abasa
747,04 KB
496,89 KB
081. At Takwir
504,59 KB
335,14 KB
082. Al Infithar
419,49 KB
281,20 KB
083. Al Muthaffifin
849,98 KB
561,62 KB
084. Al Insyiqaq
546,43 KB
362,09 KB
085. Al Buruj
522,55 KB
351,30 KB
086. Ath Thariq
293,16 KB
194,91 KB
087. Al A'la
320,30 KB
216,48 KB
088. Al Ghasyiyah
436,73 KB
291,99 KB
089. Al Fajr
677,75 KB
453,75 KB
090. Al Balad
359,59 KB
243,44 KB
091. As Syams
277,24 KB
184,12 KB
092. Al Lail
359,08 KB
243,44 KB
093. Ad Dhuha
214,79 KB
146,38 KB
094. Asy Syarh
144,79 KB
97,85 KB
095. At Tiin
195,41 KB
130,19 KB
096. Al 'Alaq
323,87 KB
216,48 KB
097. Al Qadr
165,92 KB
114,03 KB
098. Al Bayyinah
418,06 KB
281,20 KB
099. Al Zalzalah
196,63 KB
130,21 KB
100. Al 'Adiyat
219,39 KB
146,38 KB
101. Al Qari'ah
215,30 KB
146,39 KB
102. At Takatsur
160,41 KB
108,64 KB
103. Al 'Ashr
90,92 KB
65,48 KB
104. Al Humazah
164,18 KB
114,03 KB
105. Al Fiil
133,26 KB
92,45 KB
106. Al Qurays
112,85 KB
76,26 KB
107. Al Ma'un
138,67 KB
97,85 KB
108. Al Kautsar
80,92 KB
60,11 KB
109. Al Kafirun
144,08 KB
97,85 KB
110. An Nashr
109,28 KB
76,27 KB
111. Al Masad
128,06 KB
87,06 KB
112. Al Ikhlash
80,92 KB
60,10 KB
113. Al Falaq
113,87 KB
76,27 KB
114. An Naas
124,18 KB
87,05 KB

* ada satu link yang error, insyalloh akan segera saya perbaiki

Berikut video beliau saat membawakan surat al-Fatihah:


_____________________________
Referensi:
http://ar.islamway.com/
 
Support : Mas Kolis | Ping Blog | Mas Template | Hidayat Jundurrohman
Copyright © April 2012. Armada Cinta-NYA™ - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger